Saturday, March 15, 2008

Dosen Baru Ilmu Baru Sesi-2

PANCASILA, apa yang telintas dipikiran kita jika kita sebagai mahasiswa harus mempelajari PPKN yang sudah kita pelajari dari SD hingga SMA. Pasti jawaban anda “pelajaran itu sangat membosankan, bagaimana tidak, dari SD hingga SMA diberikan materi itu”. Memang itu jawaban saya saat pertama kali sang dosen menanyakan “Kalian merasa bosan tidak kalau mempelajari PKN lagi dimasa kuliah ini”. Tapi setelah beliau menjelaskan, bercerita. Ada sebuah ruh yang masuk dalam diri saya bahwa PKN sangatlah penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa. Karena dijelaskan oleh ibu SITI NURBAYANI dosen PKN saya, bahwa “mahasiswalah yang dapat merubah bangsa ini ketika terjadi kekacauan. Mahasiswa adalah manusia yang murni sebagai pendobrak yang salah. Yang benar katakan benar dan yang salah katakan yang salah”. Begitulah beliau melontarkan pernyataan dengan lantang. Yang dimaksudkan murni disini adalah mahasiswa adalah orang yang belum mempunyai peranan apa-apa, belum punya kedudukan apa-apa. Maka dari itu mahasiswa yang sangat dominan bisa mendobrak segala sesuatu yang salah dinegara ini. Dan misalkan para bapak-ibu yang demo mungkin bisa tetapi mungkin kurang optimal yang dikarenakan mereka sudah mempunyai urusan yang lainnya seperti keluarga, pekerjaan, anak, dll. Dan dalam materi pertamanya dia menjelaskan soal inti dari PANCASILA itu sendiri. Dia mengatakan bahwa PANCASILA itu dibuat berdasarkan aspek AGAMA dan BUDAYA. Dan kemudian beliau bercerita soal STPDN, dia mengemukakan bahwa disana terlihat orang-orang bukan seperti manusia. Bayangkan saja para junior-juniornya dikumpulkan menjadi satu lalu mereka ditutup mata lalu dipukul-pukuli oleh para senior. Dan setelah para senior tersebut memukul mereka tertawa. Apakah ini perilaku manusiawi? Agamapun tidak mengajarkan bagi kita membunuh apapun. Melukai hewanpun sudah termasuk dosa besar. Apalagi sampai melukai manusia yang hingga akhirnya jatuh korban dengan meninggalnya para mahasiswa STPDN. Ini bukan sebuah tindakkan manusia. Oke, kalo mereka ingin disiplin. Tapi bukan begini caranya”. STPDN memiliki berbagai kontingen. Dan setelah diteliti memang semua kontingen melakukan kebiasaan itu, tetapi ada satu kontingen yang tidak melakukan kebiasaan itu. Yaitu kontingen dari bali. Setelah ditanyakan kenapa anda tidak melakukan kebiasaan senior terhadap junior seperti kontingen-kontingen yang lain. Dan mereka menjawab ”Kami mengetahui agama kami tidak boleh melukai sesama” lalu ditanyakan kembali ”Pernahkah junior dan senior dikumpulkan?” mereka menjawab ”Pernah, Dengan berkumpulnya senior dan junior kami berdo’a dan saling sharing. Tidak ada kekerasan yang terjadi disini”. Mereka mayoritas beragama hindu. Sungguh jawaban yang sangat menggugah hati.

No comments: